Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.
Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.
Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net.
.
PENYESATAN THE APOSTASY oleh Dr. R. L. Hymers, Jr. Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa” (II Tesalonika 2:3). |
“Hari itu” mengacu pada “hari Tuhan” dalam ayat dua. Orang-orang Tesalonika tidak kwatir bahwa Kristus akan datang kembali. Mereka tahu bahwa Ia belum datang kembali. Namun mereka kwatir bahwa sebagian pertama dari hari Tuhan telah datang, dan bahwa mereka telah memasuki masa Kesusahan Besar. Penganiayaan intens yang mereka sedang alami dari para penyembah berhala Romawi telah membuat mereka berpikir bahwa mereka telah berada pada masa Kesusahan Besar. Mereka takut bahwa hari terakhir murka Allah telah mulai. Selanjutnya, dalam teks kita, Rasul Paulus menjelaskan mengapa mereka tidak mungkin hidup di masa periode Kesusahan Besar. Dua peristiwa harus terjadi terlebih dahulu. William MacDonald berkata,
Pertama dari semua akan ada murtad, atau penyesatan. Apakah maksudnya ini?... ini mengacu pada penolakan iman Kristen secara besar-besaran, penolakan positif akan iman Kristen.
Kemudian seorang tokoh besar dunia akan muncul. Menurut karakternya, ia adalah “manusia durhaka,” yaitu, suatu perwujudan dari dosa dan pemberontakan (William Macdonald, Believer’s Bible Commentary, Thomas Nelson Publishers, 1995 edition, hlm. 2053; komentar untuk II Tesalonika 2:1-3).
“Manusia durhaka” mengacu pada Antikristus, yang adalah diktator dunia yang terakhir. Jadi, Rasul ini menjelaskan kepada kita bahwa dua hal harus terjadi sebelum masa Kesusahan Besar – kesesatan, dan munculnya Antikristus. Dalam khotbah ini, saya akan membicarakan yang pertama – kesesatan. Hari Tuhan tidak akan datang kecuali “datang dahulu murtad.” Dr. W. A. Criswell berkata,
Ungkapan ‘murtad’ di sini dapat diterjemahkan ‘penyesatan.’ Penggunaan artikel mengindikasikan bahwa Paulus melihat adanya penyesatan secara spesifik. Implikasinya adalah bahwa sebelum ‘hari Tuhan,’ akan ada kejadian yang ditandai oleh penyesatan dari orang-orang yang mengaku telah diselamatkan (W. A. Criswell, Ph.D., The Criswell Study Bible, Thomas Nelson Publishers, 1979; catatan untuk II Tesalonika 2:3).
Ada beberapa periode penyesatan pada era atau dispensasi Kristen ini. Namun belum pernah ada waktu terjadinya “penolakan iman Kristen secara besar-besaran” (MacDonald, ibid.) seperti yang terjadi pada zaman modern ini. Hari ini semua denominasi besar Prostestn dipenuhi dengan penyesatan. Ini terjadi pada sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga Methodis, demikian juga halnya dengan Lutheran, terutama gereja-gereja Presbyterian, Episkopal dan banyak gereja Baptis, sebagaimana telah saya dokumentasikan dalam buku kami, Today’s Apostasy (Hearthstone Publishing, 1999; edisi kedua tahun 2001). Penyesatan liberal bahkan telah meluncur ke dalam Gereja Katolik Roma, di mana Paus sendiri sekarang sepenuhnya memeluk teori evolusi Darwinian. Dr. Harold Lindsell telah mendokumentasikan penyesatan di dalam gereja-gereja secara detail dalam buku monumentalnya yang berjudul The Battle for the Bible (Zondervan, 1976). Beberapa judul bab dari buku itu mencakup pembahasan tentang penyesatan di,
Sinode Missouri Gerwja Lutheran,
Konvensi Baptis Selatan,
Fuller Theological Seminary,
Dan Denominasi-Denominasi serta Lembaga-Lembaga
Parachurch lainnya.
Dr. David F. Wells, professor Sejarah dan Teologi Sistematik di Gordon-Conwell Theological Seminary, telah menulis sejumlah buku tentang penyesatan dalam Evangelicalisme, dengan judul-judul seperti berikut, God in the Wasteland, Losing our Virtue, and No Place for Truth: or Whatever Happened to Evangelical Theology? Majalah Time menyebut buku-buku Dr. Wells, “Suatu kritik menyengat tentang kerusakan teologi evangelicalisme.” Dalam No Place for Truth [Tiada Tempat Bagi Kebenaran diterbitkan oleh Penerbit Momentum] (Eerdmans, 1993) Dr. Wells berkata,
Ketika dunia kebenaran Kristen rusak… Hasilnya adalah atheism praktis, yang menimpa baik kaum Liberal maupun Fundamentalis. Atheism membuat Gereja tidak lebih dari sekadar kebaktian, atau perasaan enak yang ditimbulkan oleh pendeta… dan hanya mnejadi sedikit lebih dari profesi pemberi pertolongan… yang kita miliki hanyalah perasaan…yang ingin mendengarkan tanpa menilai,… memiliki minat yang kecil terhadap kebenaran, memiliki simpati tanpa adanya cinta pada apa yang benar (hlm. 248, 249 [hlm. 287-288 dalam terjamahan Indonesia]).
Lagi ia berkata,
Dunia Injili telah kehilangan radikalisme melalui proses panjang pengakomodasian modernitas. Tragisnya, ini telah menghilangkan pemahaman tradisional mereka tentang sentralitas dan kecukupan tentang Allah… Yang Gereja butuhkan sekarang bukanlah kebangunan rohani namun reformasi (ibid., hlm. 295, 296).
Ia berkata bahwa gereja-gereja besar, gereja-gereja muda (the emerging churches), dan progresif sedang bergerak “menuju Kekristenan yang lebih liberal. Saya menduga, pada waktunya anak-anak dari orang-orang injili ini akan menjadi tertiup sepenuhnya oleh kaum liberal, yang sebelumnya ditentang oleh pendahulu injili mereka” (David F. Wells, Ph.D., The Courage to Be Protestant, Eerdmans Publishing Company, 2008, hlm. 2). Saya setuju dengan dia, kecuali saya berpikir bahwa kebanyakan dari antara mereka telah “tertiup sepenuhnya oleh kaum liberal.” Misalnya, serangan-serangan Rob Bell tentang Neraka kekal dapat datang langsung dari buku yang ditulis oleh Harry Emerson Fosdick, atau orang-orang liberal lainnya di masa lalu. Dan buku-buku Bell sepenuhnya telah didukung oleh presiden Fuller Theological Seminary!
“Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murta...” (II Tesalonika 2:3).
Tidak diragukan lagi bahwa kita sedang hidup pada masa penyesatan itu sekarang ini!
Namun bagaimana penyesatan itu datang? Dr. Martyn Lloyd-Jones benar ketika ia berkata,
Saya tidak ragu menyatakan bahwa penyebab utama keadaan gereja Kristen dan seluruh keadaan dunia hari ini, sebagai akibat dari penyesatan yang mengerikan yang semakin meningkat telah mengkharakteristik gereja selama seratus tahun terakhir ini (D. Martyn Lloyd-Jones, M.D., Revival, Crossway Books, edisi 1987, hlm 55).
Dr. Lloyd-Jones mengatakan itu pada permulaan tahun 1970-an. Jika ia membuat pernyataan itu hari ini ia akan berkata, “penyesatan yang mengerikan yang semakin meningkat telah mengkharakteristik gereja selama seratus lima puluh tahun terakhir ini.”
Kita dapat menarik akar penyesatan ini ke belakang ke masa Pencerahan. Dr. Francis A. Schaeffer (1912-1984) menekankan bahwa filsuf Francis yang bernama Voltaire (1694-1778) disebut sebagai “bapa Pencerahan.” Dr. Schaeffer berkata,
Mimpi utopis Pencerahan dapat disimpulkan dengan lima kata berikut ini: akal, alam, kebahagiaan, kemajuan, dan kebebasan. Ini benar-benar pemikiran sekuler (Francis A. Schaeffer, D.D., How Should We Then Live?, original copyright 1976; Crossway Books reprinted edition 2005, hlm. 121).
Manusia adalah pusat dalam pemikiran Pencerahan. Allah dan Alkitab digeser ke kebelakang.
Untuk studi saya tentang Penyesatan, ada tiga tokoh Pencerahan yang menonjol, dan peran mereka sangatlah penting. Johann Semler (1725-1791) adalah seorang teolog Jerman yang berkata bahwa teologi adalah subyek yang terus menerus mengalami perubahan dan pengembangan ketika teolog merespon berbagai situasi budaya yang beragam. Sebagai akibatnya, ia berkata bahwa ada banyak di dalam Alkitab yang tidak diinspirasikan. Nilai dari Alkitab harus diserahkan kepada penilaian setiap individu. Jadi, Semler menempatkan akal manusia di atas wahyu Alkitab, dan membuka pintu bagi kritik Alkitab yang segera menghambur keluar dari Jerman dan merusak otoritas Alkitab di dunia modern.
Tokoh kedua dari tiga tokoh penting dalam pengembangan Penyesatan ini adalah Charles Darwin (1809-1882). Satu-satunya gelar akademik Darwin adalah dalam bidang teologi. Namun ia meninggalkan keyakinan awalnya yang percaya catatan Kitab Kejadian tentang penciptaan, dan mengembangkan teori transmutasi spesiesnya, yang secara popular dikenal sebagai evolusi, dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species. Ia kemudian menerapkan doktrin evolusinya untuk manusia pada tahun 1871, dalam bukunya yang berjudul The Descent of Man. Thomas Huxley (1829-1895) telah mempopulerkan evolusi Darwinian dalam berbagai debat ketika ia menyerang Kekristenan. Darwin dan Huxley sangat merusak iman Kristen dan otoritas Kitab Suci.
Tokoh ketiga dari pemikiran Pencerahan, yang biasanya diabaikan dalam munculnya penyesatan, adalah Charles G. Finney (1792-1875). Finney menyerang pengajaran Reformasi Protestan, dan meletakkan keselamatan di dalam tangan manusia, dan bukan di tangan Allah. Finney mengajarkan bahwa manusia dapat memilih dan menolak keselamatan dengan tindakan dari kehendaknya sendiri. Oleh sebab itu keselamatkan hanya oleh anugerah, doktrin agung Reformasi, telah digantikan dengan neo-Pelagianisme Finney – ide bahwa manusia dengan kehendaknya sendiri dapat memutuskan untuk menjadi seorang Kristen, dan dapat bertindak demikian dari kehendaknya sendiri. Finney adalah seorang Armenian. Ia adalah seorang Pelagian penuh. Bidat Pelagian Finney akhirnya merusak dan menggantikan pengajaran Reformasi tentang keselamatan hanya oleh anugerah. Demikian kuatnya Finneyisme akhirnya menggantikan teologi klasik Protestan dengan “Decisionisme” modern.
Marilah kita menguji bagaimana ‘Decesionisme” menguasai gereja dan menghasilkan penyesatan hari ini. Dalam bukunya yang berjuduk Revival and Revivalism: The Making and Marring of American Evangelicalism 1750-1858, Iain H. Murray menekankan bahwa evangelicalisme telah berpaling dari ide lama tentang pertobatan (conversion) pada abad sembilan belas kepada “Decisionisme” yang diajarkan oleh Charles G. Finney (1792-1875). Murray menyatakan bahwa transisi ini hampir selesai dalam pemikiran evangelikal populer sebelum awal abad dua puluh:
Ide bahwa pertobatan adalah pekerjaan manusia menjadi endemik bagi evangelicalisme [bagian esensial dari evangelicalisme], dan, ketika orang-orang lupa bahwa kelahiran baru adalah karya Allah, maka kepercayaan bahwa kebangunan rohani sebagai karya Roh Allah menghilang. [Ini] adalah akibat langsung dari teologi Finney (Iain H. Murray, Revival and Revivalism: The Making and Marring of American Evangelicalism 1750-1858, Banner of Truth Trust, 1994, hlm. 412-13).
Buku Murray memberikan wawasan yang mendalam ke dalam periode yang sangat penting ini. Yang pertama harus dibaca dalam buku ini adalah bab empat belas. Itu adalah garis besar berpalingnya agama evangelikal dari ide lama tentang pertobatan ke dalam doktrin baru Finney tentang “Decisionisme.” Pertobatan sebagaimana diajarkan oleh para pendahulu Protestan dan Baptis secara bertahap mulai dilupakan, digantikan oleh sekedar keputusan menerima Kristus, apapun maksudnya itu untuk individu. “Maju ke depan,” “mengangkat tangan,” “doa terima Yesus,” “menjadikan Kristus Tuhan seseorang,” percaya “rencana keselamatan” atau beberapa ayat Alkitab, telah menggantikan ide pertobatan Alkitabiah sebagai karya Allah di dalam hati manusia.
Perubahan dari pertobatan menjadi Decisionisme, yang dipelopori oleh Finney, telah menjadi perhatian sejumlah orang. Dr. David F. Wells, professor sejarah dan teologi sistematika di Gordon-Conwell Theological Seminary, pernah berkata, “Pergeseran dalam pemahaman tentang pertobatan memiliki beberapa tahapan.” Ia menyebutkannya dan kemudian menekankan bahwa perubahan-perubahan tersebut dikaitkan dengan pelayanan Charles Finney (David F. Wells, Ph.D., Turning to God: Biblical Conversion in the Modern World, Baker Book House, 1989, hlm. 93). Seorang sejarahwan almarhum Dr. William G. McLoughlin, Jr. pernah berbicara tentang “Charles Grandison Finney, yang menciptakan revivalisme modern pada tahun 1825-1835” (William G. McLoughlin, Jr., Ph.D., Modern Revivalism: Charles Grandison Finney to Billy Graham, The Ronald Press Company, 1959, hlm. 11). Seorang teolog evangelikal J. I. Packer setuju dengan berkata bahwa “penginjilan tipe modern diciptakan oleh Charles G. Finney pada tahun 1820-an” (J. I. Packer, A Quest For Godliness, Crossway Books, 1990, hlm. 292). Richard Rabinowitz pernah menulis tentang pergeseran dari penekanan pada pertobatan menjadi Decisionisme pada masa Finney dari sudut pandang sejarahwan sekuler (Richard Rabinowitz, The Spiritual Self in Everyday Life: The Transformation of Personal Religious Experience in Nineteenth-Century New England, Northeastern University Press, 1989). Para pengkhotbah lainnya memiliki bagian dalam transisi ini, namun Finney adalah orang yang jelas-jelas memimpin ke jalan itu.
Jadi, pertobatan telah diubah menjadi Decisionisme terutama melalui pelayanan dan tulisan-tulisan Charles G. Finney, sebagaimana telah ditekankan oleh orang-orang di atas. Pandangan Finney telah melanda gereja-gereja evangelikal Amerika, dan kemudian, di abad duapuluh menyusup ke gereja-gereja di kepulauan Inggris. Hari ini, pernyataan Iain Murray sangat mendekati universal di dunia yang berbicara dalam bahasa Inggris: “Orang-orang lupa bahwa kelahiran baru adalah karya Allah, sehingga kepercayaan bahwa kebangunan rohani sebagai karya Roh Allah menghilang. [Ini] adalah akibat langsung dari teologi Finney” (Murray, Revival and Revivalism, hlm. 412-413). Seperti dikatakan oleh William G. McLoughlin, Jr., “Ia telah memperkenalkan era baru di dalam revivalisme Amerika. Ia telah mengubah seluruh filosofi dan proses penginjilan” (McLoughlin, Modern Revivalism, hlm. 11). Kita masih berurusan dengan akibat-akibat dari perubahan itu hari ini. Penyesatan di sekitar kita menyatakan bahwa Decisionisme Finney telah memimpin gereja-gereja kita kepada kematian.
Finney adalah hasil dari Pencerahan, yang mana pada abad delapan belas memperkenalkan humanisme (akal manusia sebagai sumber pengetahuan) ke dalam spektrum filosofi. Blackstone’s Commentaries tentang hukum adalah jalan utama melalui mana ide-ide Pencerahan masuk ke dalam pemikiran Finney. Buku teologi Finney yang didasarkan sepenuhnya pada akal manusia, menunjukkan hutangnya pada Pencerahan. Argumentasi Kant (d. 1804) dan Schleiermacher (d. 1834), bahwa agama lebih tentang pengalaman-pengalaman religius manusia dari pada tentang Allah, menemukan ekspresi penuh dalam teologi dan metodologi Finney. G. W. F. Hegel (d. 1831) berkata bahwa Allah adalah kekuatan tak berpribadi. Ide ini juga berulangkali ditekankan dalam tulisan-tulisan Finney. Jadi, ide-ide filsafat dari tokoh-tokoh Pencerahan seperti Emmanuel Kant, Friedrich Schleiermacher dan G. W. F. Hegel menguasai Finney melalui penyaringan ide-ide tersebut ke dalam pikiran pengacara muda yang brilian itu. Berpusatkan pada manusia dan kecukupan manusia telah menjadi bagian pemikiran intelektual dari masa Finney, dan ia telah sangat dipengaruhi oleh ide-ide tersebut. Dan sebagian besar melalui Finney bahwa Pencerahan telah merembes ke dalam Protestanisme dan yang lainnya namun juga menghancurkannya. Pada awal tahun 1887 Spurgeon dapat berkata, “Gereja sedang dikubur di bawah hujan lumpur mendidih dari bidat modern” (“The Blood Shed for Many,” The Metropolitan Tabernacle Pulpit, Pilgrim Publications, 1974 reprint, volume XXXIII, hlm. 374).
Decisionisme Finney pertama-tama meruntuhkan gereja-gereja Congregational, kemudian Methodist, kemudian Presbyterian, dan kemudian berbagai kelompok Baptis. Libralisme bukanlah penyebab kematian dari gereja-gereja kita, Decisionisme-lah yang menyebabkannya. Decisionisme menghasilkan liberalism. Setiap professor liberal di seminari Baptis Selatan tempat saya kuliah pernah membuat keputusan. Namun keputusan-keputusan ini tidak mempertobatkan mereka – sehingga mereka dengan cepat masuk ke dalam liberalism ketika mereka mempelajarinya. Decisionisme menghasilkan liberalism karena orang yang belum bertobat, walaupun ia pernah membuat keputusan, tidak dapat memahami pesan rohani dari Alkitab (band. I Corinthians 2:14). Yesus pernah berkata kepada seorang pengajar Alkitab yang terkenal, “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali” (Yohanes 3:7). Decisionisme telah memenuhi gereja-gereja dengan orang-orang yang belum bertobat. Sebagai hasil langsung dari Decisionisme denominasi-denominasi Protestan telah berada di bawah kendali orang-orang yang masih terhilang. Itulah bagaimana penyesatan hari ini melanda gereja-gereja.
Tidak peduli siapapun Anda, apa yang Anda telah pelajari, berapa banyak “keputusan” atau “dedikasi kembali” yang telah Anda buat, atau berapa banyak Anda telah mencoba untuk menjadikan Kristus Tuhan Anda, Anda masih harus mengalami pertobatan sejati atau Anda akan pergi ke Neraka. Adalah doa kami kiranya Anda diinsafkan akan dosa dan percaya Kristus dalam pertobatan sejati sebelum semuanya menjadi sangat terlambat.
(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah Dr Hymers setiap minggu di Internet
di www.realconversion.com.
Klik di “Khotbah Indonesia.”
You may email Dr. Hymers at rlhymersjr@sbcglobal.net, (Click Here) – or you may
write to him at P.O. Box 15308, Los Angeles, CA 90015. Or phone him at (818)352-0452.
Persembahan Pujian Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“Christ Returneth” (oleh H. L. Turner, 1878).