Tujuan dari situs ini adalah untuk menyediakan manuskrip dan video khotbah gratis kepada para pendeta dan misionaris di seluruh dunia, terutama Dunia Ketiga, di mana hanya ada sedikit sekolah seminari teologi atau sekolah Alkitab.
Naskah-naskah khotbah dan video ini diakses oleh sekitar 1,500,000 komputer di lebih dari 221 negara setiap tahunnya di www.sermonsfortheworld.com. Ratusan orang lainnya menyaksikan video di YouTube, tetapi mereka akan segera meninggalkan YouTube dan mengunjungi langsung ke website kami. Naskah-naskah khotbah ini disajikan dalam 46 bahasa kepada sekitar 120,000 komputer setiap bulannya. Naskah-naskah khotbah tidak dilindungi hak cipta. Jadi para pengkhotbah boleh menggunakannya tanpa seijin kami. Silahkan klik di sini untuk mengetahui bagaimana Anda dapat memberikan donasi setiap bulan untuk membantu kami dalam pekerjaan besar pemberitaan Injil ke seluruh dunia ini.
Kapanpun Anda menulis pesan untuk Dr. Hymers, selalu sebutkan kepada beliau negara di mana Anda tinggal. Surel Dr. Hymers adalah rlhymersjr@sbcglobal.net.
.
SIAPA BAYI INI? – KHOTBAH NATAL (WHAT CHILD IS THIS? – A CHRISTMAS SERMON) Oleh Dr. R. L. Hymers, Jr. Khotbah ini dikhotbahkan di Baptist Tabernacle of Los Angeles “Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:12). |
Anda dipersilahkan duduk.
Ia lahir di suatu desa yang tidak terkenal, anak dari seorang perempuan petani. Ia bekerja sebagai tukang kayu sampai ia berumur tiga puluh tahun, dan kemudian selama tiga tahun ia menjadi pembicara keliling. Ketika opini umum berbalik melawan Dia, sahabat-sahabat-Nya melarikan diri. Ia diserahkan kepada musuh-musuh-Nya. Ia dicobai dan dihukum. Ia disalibkan di kayu salib di antara dua penajahat. Ketika ia mati, ia dibaringkan dalam sebuah kubur pinjaman. Ia tidak pernah menulis buku. Ia tidak pernah memiliki suatu jabatan. Ia tidak pernah memiliki tempat tinggal. Ia tidak pernah melakukan perjalanan lebih dari dua ratus mil dari tempat di mana ia dilahirkan. Ia tidak pernah melakukan satu dari hal-hal yang biasanya menyertai kebesaran. Namun semua prajurit yang pernah berbaris, dan semua pemerintahan yang pernah berdiri, dan semua raja yang pernah memerintah, tidak pernah memberikan pengaruh bagi kehidupan di bumi ini sekuat Kehidupan Sunyi Orang itu (“One Solitary Life,” penulis tidak dikenal).
Seorang sejarahwan yang terkenal Dr. Philip Schaff berkata,
Yesus dari Nazareth, tanpa uang dan tentara, menaklukkan jutaan lebih banyak dari pada yang pernah ditaklukkan oleh Alexander, Caesar, Mahomet, dan Napoleon.
Atau Lenin, Stalin, Hitler, dan Mao Tse Tung!
Dan hanya ada tiga kemungkinan reaksi untuk Kristus. C. S. Lewis berkata,
Anda dapat mengabaikan Dia karena bodoh, Anda dapat meludahi dan membunuh Dia seperti iblis, atau Anda dapat tersungkur di bawah kaki-Nya dan memanggil Dia Tuhan dan Allah.
Dalam perikop Natal yang agung ini, dalam Injil Lukas pasal kedua, kita belajar tentang kemiskinan Kristus. Mari kita berdiri dan membaca Lukas 2:7 dengan lantang,
“Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Lukas 2:7).
Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa Roh Kudus menempatkan Yesus dalam rahim Maria seorang anak dara.
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).
Namun Anak Allah tidak lahir di tempat yang agung. Ia lahir dalam kondisi yang sangat miskin – dalam suatu palungan. Alkitab berkata bahwa Ia
“…telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:7).
Kristus dilahirkan dalam kondisi miskin ini untuk menyembunyikan keagungan peristiwa dari pikiran dunia yang penuh dosa, dan untuk menyatakan keagungannya bagi orang-orang yang berpikiran rohani.
Tempat kelahiran Yesus yang begitu rendah dan sederhana, disampaikan kepada para gembala untuk dapat menemukan Dia,
“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:12).
Kain lampin pembungkus itu sendiri tidak akan menjadi tanda. Semua anak-anak Yahudi, ketika mereka lahir, dimandikan, digosok dengan garam, dan kemudian dibungkus dengan kain, atau “kain lampin.” Ia bukan hanya dibungkus dalam kain lampin, namun Ia dibaringkan dalam sebuah “palungan,” suatu tempat jerami makanan keledai. Dr. Gill berkata, “Tanda ini akan membedakan kelahiran sang Juruselamat dengan semua bayi lainnya” (John Gill, D.D., An Exposition of the New Testament, The Baptist Standard Bearer, 1989 reprint of the 1810 edition, commentary on Luke 2:12). Dan Dr. Lenski mengobservasi itu demikian
Bukan ‘sebuah tanda,’ namun secara positif ‘tanda yang khusus’, tanda tertentu dan pasti… Banyak bayi lainnya mungkin dilahirkan di Betlehem pada malam itu; namun bayi ilahi ini ditemukan dibungkus dengan kain lampin… dan dibaringkan dalam palungan… Keduanya secara bersama-sama adalah suatu tanda… Di mana para tetangganya ketika seorang bayi dibaringkan dalam sebuah palungan – tempat makanan binatang, bukan di ruang rumah utama, dan bahkan dalam palungan itupun tidak diberi alas tempat tidur namun hanya rumput kering dan jerami di palungan tersebut? (R. C. H. Lenski, The Interpretation of St. Luke’s Gospel, Augsburg, 1946, commentary on Luke 2:12).
Dan Matthew Henry berkata,
Ketika kita melihat Dia dibungkus dalam lampin dan dibaringkan dalam palungan, kita tergoda untuk berkata, “Tentu ini tidak mungkin Anak Allah.” Namun melihat yang menghadiri kelahiran-Nya, seperti di sini, dengan paduan suara para malaikat, maka kita akan berkata, “Pastilah tidak mungkin yang lain selain Anak Allah…” (Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, Hendrickson, 1996 reprint, commentary on Luke 2:12).
Seorang bayi telah lahir, dibungkus dalam lampin, dan dibaringkan dalam palungan, tempat yang digunakan untuk memberi makanan binatang. Bahkan para gembala yang miskin saja tidak pernah melihat seorang bayi yang dibaringkan di tempat makanan ternak! “Inilah tandanya bagimu”!
Datanglah ke Betlehem dan lihatlah Dia yang untuk kelahirannya para malaikat bernyanyi;
Datanglah, berlutut dan memuji Kristus Tuhan, Raja yang baru lahir.
Lihatlah di palungan Yesus dibaringkan, Tuhan atas sorga dan bumi!
Maria, Yusuf, memintamu, Besama kita nyanyikan pujian bagi kelahiran Juruselamat.
(“Angels We Have Heard on High,” source unknown).
Pergilah ke palungan, tanpa alas tidur kecil tuk berbaring,
Bayi kecil Tuhan kita Yesus membaringkan kepala-Nya,
Bintang-bintang di langit bersinar terang menyinari tempat Ia dibaringkan,
Bayi kecil Tuhan kita Yesus tertidur di antara rumput kering.
(“Away in a Manger,” source unknown).
Yesus turun dari kemuliaan Sorgawi untuk dilahirkan dalam sebuah palungan dan di atas rumput kering yang kotor.
“[Ia] telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”
(Filipi 2:7-8).
Anak Allah, Tuhan atas segala ciptaan, lahir di sebuah palungan. Ia menghidupi kehidupannya dalam kemiskinan. Ia ditelanjangi, dan dipakukan di kayu Salib. Mengapa Ia membiarkan Dirinya sendiri mati dalam kehinaan seperti itu? Rasul Paulus menjelaskan dengan baik ketika ia berkata,
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (II Korintus 8:9).
“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:12).
Ini adalah tanda yang aneh untuk mengidentifikasi seseorang yang lahir untuk tugas yang mulia, bahwa Ia... tidak seperti anak termiskin, dibaringkan dalam sebuah palungan. Kehinaan adalah tanda keagungan, kedalaman kerendahan hati, suatu saksi tingginya kemuliaan. Tempat kelahiran itu terlalu miskin untuk anak manusia namun pantas untuk Anak Allah (The Preacher’s Homiletic Commentary, note on Luke 2:12).
Siapa bayi ini, yang sedang terbaring, lelap dalam pangkuan Maria?
Mengapa membaringkan Dia di tempat makanan lembu?
Untuk siapakah para malaikat bernyanyi,
Ketika para gembala terjaga menyaksikannya?
(“What Child Is This?” by William C. Dix, 1837-1898).
Siapakah bayi ini?
Mari membuka Injil Yohanes bersama dengan saya, pasal satu, ayat satu. Mari kita sambil tetap duduk membacanya dengan lantang.
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:1-3).
Perhatikanlah. Ayat-ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Yesus adalah “ho logos” – “Firman.” Yesus adalah Pribadi Kedua dari Trinitas. Ayat satu mengatakan bahwa Yesus “bersama-sama dengan Allah” dan “adalah Allah.” Sejak kekekalan masa lalu, Ia selalu bersama dengan Allah dan selalu adalah Allah, ada bersama dengan Bapa.
Terlebih, ayat tiga menjelaskan kepada kita bahwa “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Yesus telah menciptakan dunia ini.
Selanjutnya mari kita lihat ayat sepuluh. Marilah kita berdiri dan membaca ayat ini dengan lantang.
“Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya” (Yohanes 1:10).
Yesus menciptakan dunia ini, namun ketika Ia lahir sebagai bayi, dunia tidak mengenal Dia sebagai Tuhan dan Penciptanya. Selanjutnya mari kita baca ayat empat belas dengan lantang.
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14).
Anda dipersilahkan duduk. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita.” Itu adalah inkarnasi. Allah Anak, Pribadi Kedua dari Trinitas, menjadi manusia dalam rahim seorang anak dara, Maria. Ia yang telah menjadikan dunia ini lahir dalam sebuah palungan di Betlehem.
Firman dari Bapa, kini menjelma dalam daging;
Mari memuji Dia, Mari memuji Dia;
Mari memuji Dia, Kristus Tuhan.
(“O Come, All Ye Faithful,” translated by Frederick Oakeley, 1802-1880).
“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Lukas 2:12).
Yesus turun dari Sorga ke dunia ini. Namun Ia tidak datang dengan cara yang mereka harapkan. Ia tidak datang sebagai raja yang agung. Ia datang sebagai bayi mungil. Ia lahir dalam keadaan yang paling hina. Mereka membaringkan Dia dalam sebuah palungan, di tengah-tengah kerumunan sapi dan keledai.
“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:12).
Ini menunjukkan bahwa Yesus sepenuhnya manusia. Ia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia pada saat yang sama. Dr. McGee berkata,
Ia datang dalam keadaan yang paling lemah, sebagai bayi. George Macdonald menuliskan itu dengan cara ini:
Mereka semua mancari Raja
Untuk menghancurkan lawan-lawan mereka dan
menaikkan mereka di tempat tinggi:
Engkau datang, sebagai bayi mungil
Yang membuat wanita menangis.
Itulah cara sang Juruselamat datang ke dalam dunia ini. Ia tidak mengesampingkan Keilahian-Nya. Ia mengesampingkan kemuliaan-Nya. Di sana bukan hanya ada beberapa gembala dan malaikat yang menyambut kelahiran-Nya – seluruh ciptaan harus ada di sana… [Penakluk Romawi] Kaisar harus ada di Betlehem untuk menyembah Dia. Yesus Kristus dapat memaksa ia melakukan itu, namun Ia tidak melakukannya. Ia mengesampingkan, bukan keillahian-Nya, namun hak istimewa keillahian-Nya. Ia datang sebagai bayi mungil (J. Vernon McGee, Thru the Bible, Nelson, 1983, volume IV, hal. 253).
Sorga bergema ketika para malaikat bernyanyi, Mengumumkan kemuliaanNya;
Namun dalam kelahiran yang hina Engkau datang ke bumi, dan dalam kehinaan
(“Thou Didst Leave Thy Throne” by Emily E. S. Elliott, 1836-1897).
“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:12).
Kelahiran Yesus yang miskin dan hina dalam palungan itu merupakan gambaran kerendahan hati-Nya, kehinaan-Nya ketika Ia mati. Mereka menangkap Dia karena pemberitaan-Nya tentang kebenaran. Mereka menutup mata-Nya dengan kain dan meninju wajah-Nya. Mereka meludahi Dia, menarik jenggot-Nya. Mereka memukuli dan mencambuki punggung-Nya sampai hampir mati. Mereka melepaskan semua pakaian Dia dan memakukan Dia di kayu salib. Ia tergantung sekarat di sana di antara dua orang penjahat, yang disalibkan, di sebelah kanan dan kiri Dia. Untuk deskripsi penuh tentang penyiksaan dan kematian yang mengerikan yang telah Yesus lalui, mari bersama saya membuka Markus 15:16-20. Mari kita berdiri dan membacanya dengan lantang,
“Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan memanggil seluruh pasukan berkumpul. Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah ungu itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian Yesus dibawa ke luar untuk disalibkan” (Mark 15:16-20).
Turun ke ayat dua puluh empat. Bacalah ini dengan lantang.
“Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan” (Markus 15:24-25).
Turun ke ayat tiga puluh tujuh.
“Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Markus 15:37-39).
Anda dipersilahkan duduk kembali.
Ketika saya masih kanak-kanak saya dulu pernah bermain ke gereja Katolik hampir setiap sore. Mereka tetap membiarkan pintu terbuka di sepanjang hari. Saya selalu pergi ke tempat yang sama, suatu patung yang seperti hidup, yaitu patung Yesus yang sedang berseru di kayu Salib-Nya. Darah berwarna merah jatuh mengalir di wajah-Nya dari mahkota duri di kepala-Nya. Oh, saya tahu bahwa orang-orang Katolik membuat patung-patung itu sebagai berhala. Namun itu membuat saya sangat terkesan ketika masih kanak-kanak. Saya berpikir, lagi dan lagi, “Mengapa mereka melakukan itu kepada-Nya? Ia tidak melakukan kesalahan apapun. Mengapa mereka membunuh Dia? Ia begitu bersahabat dan baik. Mengapa mereka menyiksa Dia dan membunuh-Nya?” Saya dulu tidak pernah mengerti jawabanya. Tidak ada satu orang pun yang menjelaskan kepada saya. Saya sering memikirkannya ketika saya bertumbuh menjadi lebih dewasa, “Mengapa mereka melakukan itu kepada Dia? Mengapa mereka membunuh Dia?”
Kemudian, tetangga sebelah, Dr. dan Mrs. McGowan, membawa saya ke gereja Baptis, dan saya menemukan jawaban dari Alkitab. Mari kita membaca Yesaya, pasal lima puluh, ayat enam. Yesus mengatakan ini dalam nubuatan. Bacalah ayat ini dengan lantang.
“Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi” (Yesaya 50:6).
Selanjutnya bukalah Yesaya 53:4-5. Inilah alasannya mengapa mereka membunuh Dia. Bacalah ayat ini dengan lantang.
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:4-5).
Turun ke ayat sebelas. Bacalah dengan lantang.
“Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.” (Yesaya 53:11).
Saya menemukan jawaban dari pertanyaan masa kecil saya, “Mengapa mereka melakukan itu kepada Dia? Mengapa mereka membunuh Dia?” Yesus, Tuhan atas Sorga dan bumi, menderita disalibkan untuk membayar penghukuman atas dosa-dosa saya dan untuk membenarkan saya dan menyelamatkan saya dari murka dan penghakiman Allah. Hari itu saya diselamatkan dan kami menyanyikan lagu Charles Wesley.
Ditinggalkan-Nya takhta-Nya, Menuju dunia yang cemar;
Ditinggalkan-Nya kuasa-Nya, Didorong kasih yang besar;
Dan akupun tertolonglah, Terpilih jadi milik-Nya
Agunglah kasih Tuhanku! Engkau tersalib gantikanku.
(“And Can It Be?” by Charles Wesley, 1707-1788/Nyanyian Pujian No. 114).
Yesus merendahkan diri-Nya dan mati di kayu Salib untuk membayar dosa-dosa saya. Saya tahu itu, dan saya percaya kepada-Nya, dan Ia telah menyelamatkan jiwaku.
Dr. Watts berkata,
Bila ku ingat salib-Nya, Di mana Yesus dipaku,
Harta yang dulu ku sembah, Tidak mengikat hidupku.
(“When I Survey the Wondrous Cross” by Isaac Watts, D.D., 1674-1748/
Nyanyian Pujian No. 189).
Itu adalah salah satu lagu favorit saya ketika saya masih muda, dan masih demikian sampai sekarang. Ketika saya berpikir tentang penderitaan dan kematian yang mengerikan dari Yesus, Anak Allah, “Harta yang dulu ku sembah, Tidak mengikat hidupku.”
Saya datang kepada Yesus dan Dia menyelamatkan saya. Anda dapat melakukan hal yang sama.
“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Lukas 2:12).
Ia tidak ada di palungan itu hari ini. Ia tidak ada di kayu Salib itu hari ini. Pada Minggu Natal ini ia telah bangkit – secara jasmani dari antara orang mati. Ia telah naik ke sebelah kanan Allah, dalam kemuliaan Sorga. Anda dapat datang kepada Dia, seperti yang pernah dilakukan oleh para gembala. Anda dapat bersujud di hadapan Dia dan Ia akan mengampuni dosa-dosa Anda dan menghapuskan catatan-catatan dosa Anda, dan menyelamatkan jiwa Anda.
Maukah Anda datang dan percaya kepada Kristus, Anak Allah? Maukah Anda diselamatkan oleh Dia dari dosa, kematian dan kubur? Maukah Anda menerima hidup kekal dari Dia?
Reformator agung, Martin Luther pernah berkata,
Kristus tidak memiliki uang, atau kekayaan, atau kerajaan duniawi, karena Ia memberikan yang sama bagi para raja dan pangeran. Namun Ia melakukan satu hal khusus bagi diri-Nya sendiri, yang mana tak satu ciptaan pun atau malaikat dapat melakukannya – yaitu, menaklukkan dosa dan kematian, iblis dan neraka, dan di tengah kematian menyelamatkan mereka melalui Firman-Nya bagi yang percaya di dalam Dia.
Rasul Paulus berkata,
“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kisah Rasul 16:31).
Maukah engkau percaya Dia dengan segenap hati Anda? Maukah Anda percaya Dia dengan hidup Anda? Maukah engkau diselamatkan oleh Dia?
Dan jadikan jam ini untuk Dia pada Natal ini. Mari datanglah kembali malam nanti untuk perayaan Natal Minggu ini pukul 6:00. Dan pastikan jam ini bagi Anak Allah pada Perayaan Natal, malam sebelum Natal, di sini di gereja. Berikanlah segenap hati Anda bagi Tuhan Yesus Kristus, dan tunjukkan itu dengan bersekutu bersama jemaat-Nya di sini di gereja ini baik malam ini maupun Perayaan Natal nanti! Mengapa membiarkan diri Anda kesepian? Pulanglah – ke gereja! Mengapa Anda membiarkan diri terhilang? Pulanglah kepada Yesus Kristus – Anak Allah!
Marilah ke Betlehem, Lihat Bayi yang suci
Dan sembah Raja Salam, Allah menjelma kini
(“Angels We Have Heard on High,” author unknown).
Mari memuji Dia, Mari memuji Dia,
Mari memuji Dia, Almasih
(“O Come, All Ye Faithful,”
translated by Frederick Oakeley, 1802-1880/Nyanyian Pujian No. 55).
(AKHIR KHOTBAH)
Anda dapat membaca khotbah-khotbah Dr. Hymers setiap minggu di Internet
di www.realconversion.com. Klik on “Manuskrip-Manuskrip Khotbah.”
Pembacaan Alkitab Sebelum Khotbah oleh Dr. Kreighton L. Chan: Lukas 2:8-12.
Pujian Solo Sebelum Khotbah oleh Mr. Benjamin Kincaid Griffith:
“What Child Is This?” (by William C. Dix, 1837-1898).